CERITA RINGKAS GARUDA DIDADAKU
Garuda Di Dadaku adalah film
keluarga yang bercerita tentang Bayu, seorang anak SD, yang mempunyai mimpi
menjadi seorang pemain bola dan masuk ke Tim Nasional Indonesia. Bayu mempunyai
bakat bermain sepak bola dari ayahnya yang dulunya juga adalah seorang pemain
sepak bola. Sayangnya, cita-cita Bayu itu ditentang oleh sang kakek yang lebih
senang cucunya mengikuti berbagai macam kursus demi masa depannya. Ternyata
kakek mempunyai alasan yang kuat kenapa ia melarang Bayu bermain bola.
Ayah Bayu yang dulunya seorang pemain bola mengalami cedera berat pada waktu itu sehingga tidak bisa bermain bola dan akhirnya hanya menjadi seorang supir taksi. Sampai akhirnya ia tidak bisa menjadi seorang pemain bola yang hebat dan sukses. Kakek Bayu tidak mau nasib yang sama menimpa Bayu cucu yang ia sayangi. Bayu yang benar-benar mencintai sepak bola tidak mau begitu saja menuruti apa kata kakeknya. Apalagi ketika secara tiba-tiba ia mendapat tawaran beasiswa di sebuah sekolah sepak bola terkenal di Jakarta yang dapat membantunya masuk ke Tim Nasional Indonesia. Alhasil, Bayu dibantu oleh temannya, Heri, harus menyembunyikan hal ini dari kakek Bayu dan berlatih secara diam-diam. Heri adalah seorang anak orang kaya yang menggilai sepak bola tetapi sayangnya ia tidak bisa bermain bola karena ia adalah penyandang cacat dan harus duduk di kursi roda. Oleh sebab itu Heri sangat senang dan menjadikan dirinya sebagai manajer Bayu yang memfasilitasi Bayu begitu rupa demi mewujutkan cita-cita Bayu. Secara tidak sengaja mereka bertemu dan berteman dengan Zahra, seorang anak perempuan penjaga kuburan yang ikut mendukung cita-cita Bayu dengan mengijinkan Bayu berlatih di kuburan tempat ia tinggal. Setelah menemukan tempat berlatih pun usaha Bayu untuk meraih cita-citanya tidak berjalan dengan mulus.
Masalah pun muncul ketika Bayu membohongi kakeknya yang mengira bahwa ia berbakat menjadi seorang pelukis. Tidak diduga kakek datang dan melihat Bayu di sekolah sepak bolanya dan tiba-tiba ia terserang penyakit jantung dan dilarikan ke rumah sakit. Bayu merasa bersalah dan menyesal telah membohongi kakeknya. Ia memutuskan untuk berhenti bermain bola dan tidak berteman lagi dengan Heri karena ia menyesal telah mengikuti nasihat Heri. Tak disangka kakek Bayu sadar bahwa ia salah dan mendukung Bayu bermain sepak bola. Akhirnya Bayu kembali ikut seleksi tim dan kembali bersahabat dengan Heri. Dengan dukungan ibu, kakek, Heri dan Zahra, Bayu berhasil lolos seleksi masuk Tim Nasional Indonesia dan menggapai cita-citanya selama ini.
Tokoh utama dalam film ini adalah Bayu, seorang anak yang duduk di bangku sekolah dasar yang terus berusaha keras menggapai mimpinya menjadi pemain sepak bola. Ia memiliki fisik yang kecil tetapi mepunyai semangat tinggi walaupun ia tinggal di tengah keluarga yang sederhana tanpa ayahynya yang sudah meninggal. Tokoh yang lain adalah Heri, teman satu sekolah Bayu yang juga menggilai sepak bola. Ironinya ia tidak bisa bermain bola karena ia seorang penyandang cacat walaupun dengan kekayaan orang tuanya ia bisa membeli semua barang yang berhubungan dengan sepak bola. Satu lagi sahabat Heri dan Bayu adalah Zahra. Ia adalah seorang anak perempuan yang tinggal dengan kakeknya yang adalah seorang penjaga kuburan. Zahra digambarkan sebagai anak perempuan yang agak lusuh karena ia dan kakeknya hanya tinggal di kuburan dan hidup dengan sangat pas-pasan. Tidak seperti teman sebayanya, Zahra tidak bisa melanjutkan sekolah tetapi di akhir cerita ia mendapatkan kesempatan lagi untuk melanjutkan sekolah dasar.
Tema film ini adalah usaha seorang anak menggapai cita-citanya. Film ini mempunyai pesan bahwa kita harus berusaha dan tidak boleh menyerah dalam mencapai mimpi dan cita-cita kita. Kita juga harus mensyukuri apa yang kita punya karena ada orang-orang yang tidak seberuntung kita. Misalnya Bayu yang mempunyai talenta dan kesempatan untuk bermain bola tetapi Heri tidak bisa karena ia seorang penyandang cacat. Sebaliknya Heri mempunyai fasilitas-fasilitas dan orang tuanya yang tidak melarang hobi sepak bolanya, tetapi Bayu tidak bisa leluasa bermain sepak bola.
Jika dibandingkan dengan realita yang ada, film Garuda Di Dadaku bisa dibilang mewakili realita hidaup yang ada di Indonesia. Seperti film keluarga lainnya yang mengangkat usaha seorang anak dalam meraih mimpinya. Saya suka film Garuda Di Dadaku karena ini bukan film tentang cinta yang kadang membosankan dan juga film ini dapat ditonton oleh semua umur dan kalangan karena tidak mengandung unsur kekerasan. Film ini juga dapat membangkitkan rasa cinta dan nasionalisme bangsa terhadap Indonesia khusunya di dunia sepak bola Indonesia.
Ayah Bayu yang dulunya seorang pemain bola mengalami cedera berat pada waktu itu sehingga tidak bisa bermain bola dan akhirnya hanya menjadi seorang supir taksi. Sampai akhirnya ia tidak bisa menjadi seorang pemain bola yang hebat dan sukses. Kakek Bayu tidak mau nasib yang sama menimpa Bayu cucu yang ia sayangi. Bayu yang benar-benar mencintai sepak bola tidak mau begitu saja menuruti apa kata kakeknya. Apalagi ketika secara tiba-tiba ia mendapat tawaran beasiswa di sebuah sekolah sepak bola terkenal di Jakarta yang dapat membantunya masuk ke Tim Nasional Indonesia. Alhasil, Bayu dibantu oleh temannya, Heri, harus menyembunyikan hal ini dari kakek Bayu dan berlatih secara diam-diam. Heri adalah seorang anak orang kaya yang menggilai sepak bola tetapi sayangnya ia tidak bisa bermain bola karena ia adalah penyandang cacat dan harus duduk di kursi roda. Oleh sebab itu Heri sangat senang dan menjadikan dirinya sebagai manajer Bayu yang memfasilitasi Bayu begitu rupa demi mewujutkan cita-cita Bayu. Secara tidak sengaja mereka bertemu dan berteman dengan Zahra, seorang anak perempuan penjaga kuburan yang ikut mendukung cita-cita Bayu dengan mengijinkan Bayu berlatih di kuburan tempat ia tinggal. Setelah menemukan tempat berlatih pun usaha Bayu untuk meraih cita-citanya tidak berjalan dengan mulus.
Masalah pun muncul ketika Bayu membohongi kakeknya yang mengira bahwa ia berbakat menjadi seorang pelukis. Tidak diduga kakek datang dan melihat Bayu di sekolah sepak bolanya dan tiba-tiba ia terserang penyakit jantung dan dilarikan ke rumah sakit. Bayu merasa bersalah dan menyesal telah membohongi kakeknya. Ia memutuskan untuk berhenti bermain bola dan tidak berteman lagi dengan Heri karena ia menyesal telah mengikuti nasihat Heri. Tak disangka kakek Bayu sadar bahwa ia salah dan mendukung Bayu bermain sepak bola. Akhirnya Bayu kembali ikut seleksi tim dan kembali bersahabat dengan Heri. Dengan dukungan ibu, kakek, Heri dan Zahra, Bayu berhasil lolos seleksi masuk Tim Nasional Indonesia dan menggapai cita-citanya selama ini.
Tokoh utama dalam film ini adalah Bayu, seorang anak yang duduk di bangku sekolah dasar yang terus berusaha keras menggapai mimpinya menjadi pemain sepak bola. Ia memiliki fisik yang kecil tetapi mepunyai semangat tinggi walaupun ia tinggal di tengah keluarga yang sederhana tanpa ayahynya yang sudah meninggal. Tokoh yang lain adalah Heri, teman satu sekolah Bayu yang juga menggilai sepak bola. Ironinya ia tidak bisa bermain bola karena ia seorang penyandang cacat walaupun dengan kekayaan orang tuanya ia bisa membeli semua barang yang berhubungan dengan sepak bola. Satu lagi sahabat Heri dan Bayu adalah Zahra. Ia adalah seorang anak perempuan yang tinggal dengan kakeknya yang adalah seorang penjaga kuburan. Zahra digambarkan sebagai anak perempuan yang agak lusuh karena ia dan kakeknya hanya tinggal di kuburan dan hidup dengan sangat pas-pasan. Tidak seperti teman sebayanya, Zahra tidak bisa melanjutkan sekolah tetapi di akhir cerita ia mendapatkan kesempatan lagi untuk melanjutkan sekolah dasar.
Tema film ini adalah usaha seorang anak menggapai cita-citanya. Film ini mempunyai pesan bahwa kita harus berusaha dan tidak boleh menyerah dalam mencapai mimpi dan cita-cita kita. Kita juga harus mensyukuri apa yang kita punya karena ada orang-orang yang tidak seberuntung kita. Misalnya Bayu yang mempunyai talenta dan kesempatan untuk bermain bola tetapi Heri tidak bisa karena ia seorang penyandang cacat. Sebaliknya Heri mempunyai fasilitas-fasilitas dan orang tuanya yang tidak melarang hobi sepak bolanya, tetapi Bayu tidak bisa leluasa bermain sepak bola.
Jika dibandingkan dengan realita yang ada, film Garuda Di Dadaku bisa dibilang mewakili realita hidaup yang ada di Indonesia. Seperti film keluarga lainnya yang mengangkat usaha seorang anak dalam meraih mimpinya. Saya suka film Garuda Di Dadaku karena ini bukan film tentang cinta yang kadang membosankan dan juga film ini dapat ditonton oleh semua umur dan kalangan karena tidak mengandung unsur kekerasan. Film ini juga dapat membangkitkan rasa cinta dan nasionalisme bangsa terhadap Indonesia khusunya di dunia sepak bola Indonesia.
APA YANG MENJADI
CITA-CITA BAYU
Menjadi pemain
sepak bola yang handal dan go internasional
PERJUANGAN BAYU
DALAM MENGEJAR SEMUA IMPIANYA
Perjuangan
Bayu dalam film Film Garuda Di Dadaku dimulai ketika Kakeknya melarang keras
Bayu bermain bola dan memangkas cita-cita Bayu menjadi pemain bola nasional.
Kakeknya ingin agar Bayu menjadi orang sukses dan memasukkan Bayu ke dalam
berbagai kursus. Almarhum Ayah Bayu sendiri dahulu adalah pemain sepakbola dan
gagal sehingga harus banting tulang mencari uang menjadi supir taksi. Itulah
sebabnya sang Kakek selalu beranggapan bahwa pemain bola hanya akan menjadi
orang miskin.
Beruntungnya Bayu mempunyai sahabat bernama Heri Meskipun cacat, Heri sangat menyukai
sepakbola dan ia mendukung cita-cita Bayu. Heri pun menjadi manager Bayu dan
selalu membantu Bayu untuk latihan. Bayu sering menggiring bola melintasi gang demi gang sempit
sampai tiba di lapangan tenis. Di sana Bayu sering berlatih bermain bola. Heri
juga suka menyembunyikan aktifitas latihan bola Bayu dari Kakeknya Bayu.
Persahabatan mereka inilah yang menjadi bumbu manis dalam Film Garuda Di
Dadaku.
Di saat
semangat Bayu sedang turun, Herilah yang memberikan support begitu besar,
sehingga Bayu bisa bangkit dan terus berjuang. Sampai akhirnya Bayu bertemu
dengan Johan, pelatih sekolah sepakbola, Arsenal. Pelatih itu
diperankan oleh Ari Sihasale. Maka dari sinilah, pintu cita-cita Bayu terbuka.
Tetapi Bayu harus lebih keras berlatih demi menjadi pemain sepakbola nasional
dalam film Garuda Di Dadaku ini.
SEBUTKAN SIAPA SAJA YANG MEMBERIKAN DUKUNGAN KEPADA
BAYU, DAN JELASKAN APA MASING-MASING PERANNYA.
Emir
Mahira (BAYU)
Aldo Tansani (HERI)
Marsha Aruan (ZAHRA)
Ikranagara: (USMAN)
Aldo Tansani (HERI)
Marsha Aruan (ZAHRA)
Ikranagara: (USMAN)
Maudy
Koesnaedi (IBU BAYU (WAHYUNI)
Ary Sihasale (PAK JOHAN )
Ramzi (BANG DULLOH)
Ary Sihasale (PAK JOHAN )
Ramzi (BANG DULLOH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar